Malam kian larut, mengisahkan lalu-lalang orang yang makin kalut. Kau tetap tenang dalam diammu, menikmati alunan klasik yang merangkak di dinding krem kafe. Dari bingkai kacamataku yang melirikmu dalam bisu, aku melihatmu ketika keramaian menenggelamkanku dan menyentuhmu saat sejuta alasan sudah kugenggam. Rasa itu membuncah. Matamu tetap memaku, tidak beranjak, mengisahkan beribu kisah bimban…