Pria berbadan besar itu tak menghiraukanku. Dia sudah lelah diwawancarai berkali-kali. Aku melihatnya diwawancara dengan gaya berapi-api. Baginya, menentang pendirian masjid di Ground Zero berarti memuliakan jiwa-jiwa orang tercinta yang mati di tragedi WTC. Kembali aku berteriak. Dia melihatku sekilas, kemudian melengos. Aku berteriak-teriak lagi karena tak punya pilihan lain. “Sir, do you…