Text
Berpura-pura Bahagia itu melelahkan: How To Avoid Toxic Happiness and to Live Without Worry?
Kapan terakhir kali Anda benar-benar merasa bahagia? Apakah sudah lama? Sekarang, bagaimana dengan saat terakhir Anda berpura-pura bahagia? Kali ini kita tidak berbicara tentang saat Anda berpura-pura menertawakan lelucon teman Anda yang tidak terlalu lucu. Kita berbicara tentang terakhir kali Anda mencoba meyakinkan seseorang bahwa Anda bahagia, padahal sebenarnya tidak. Misalnya, ketika ditanya apakah Anda bahagia ketika akhirnya bisa berpisah dengan kekasih yang semena-mena, seharusnya Anda bahagia. Akan tetapi, Anda hanya tersenyum. Masih banyak orang yang berpikir bahwa orang yang sedang bahagia itu bisa dilihat dari ekspresinya. Jika dia tersenyum, sudah pasti kebahagiaan sedang menyelimuti dirinya. Belum tentu.
Seringkali, kita berpura-pura bahagia. Padahal, perasaan gelisah, panik, was-was, bingung, dan sederetan kata lain yang bermakna sama tengah melanda Anda. Lantas, apakah itu salah? Itu tetap manusiawi. Kita tidak bisa setiap saat terlihat selalu "oke" ataupun bahagia. Walaupun begitu, ada pendapat kita harus berpura-pura bahagia agar kita bisa meraih bahagia, tapi benarkah itu? Apa enaknya berpura-pura? Apalagi berpura-pura bahagia! Capai guys! Yang benar adalah kita merasakan bahagia yang sesungguhnya. Berpura-pura bahagia ibarat memakai topeng ke mana pun kita pergi. Jelas ini bukanlah diri kita yang sesungguhnya. Dan yang pasti, jika kita ke mana-mana bertopeng apa tidak gerah? Lebih baik kita menampakan muka "sejuk" yang sesungguhnya.
Tidak tersedia versi lain