Text
Pendekar Sendang Drajat
Di usia senja kekuasaannya, Kerajaan Majapahit yang rapuh secara politik kehilangan kendali “hukum”. Tak ada lagi aturan, tak ada lagi moral, tak ada lagi tata susila. Kehidupan masyarakat kacau-balau: angkara murka merajalela, kejahatan merebak di mana-mana, perampok dan oknum penguasa semena-mena terhadap rakyat jelata.
Pada masa itulah berkelebatan seorang pendekar sakti mandraguna. Dalam pengembaraannya, sang pendekar kerap berikhtiar mengamankan kawasan pesisir utara dari sepak terjang kaum durjana. Namun, pendekar itu—yang merupakan cucu Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur—tak hanya mengumbar kekerasan terhadap penjahat, tapi juga memberi pencerahan dengan bahasa dakwah yang lembut dan damai.
Melanjutkan tradisi SH Mintardja, Pendekar Sendang Drajat adalah novel silat tentang wilayah paling utara Majapahit di tahun 1500-an—wilayah itu dulu disebut Pamotan-Tuban (kini bernama Lamongan), tempat benteng pasukan Majapahit paling berani. Inilah karya yang mengungkap satu fragmen riwayat kerajaan terbesar di Nusantara yang tak terkupas oleh buku-buku sejarah kerajaan.
Tidak tersedia versi lain