Text
Gajah Mada 1 Makar Dharmaputra
Takhta dan kekuasaan sering kali menjadi pemicu sebuah pemberontakan. Rasa iri dan kecemburuan sosial kerap menjadi alasan untuk berkhianat pada sahabat; kerabat dekat; bahkan pemimpin atau rajanya sendiri. Inilah yang terjadi pada para Rakrian Dharmaputra Winehsuka; Ra Kuti; Ra Pangsa; Ra Tanca; Ra Banyak; Ra Yuyu; dan Ra Wedeng dalam novel Gajah Mada: Makar Dharmaputra karya Langit Kresna Hariadi.
Demi menuntaskan ketidakpuasan atas Lembu Anabrang yang mendapat jabatan penting di istana; yang menurut Ra Kuti lebih pantas diterimanya; Ra Kuti melakukan makar dan akan menggulingkan Sri Jayanegara dari singgasana Kerajaan Majapahit (halaman 53).
Ra Kuti memang dikenal sebagai prajurit penjilat. Di depan Raja; dia selalu menundukkan wajah. Namun; di belakang justru menyimpan pikiran licik dan bara dendam.
Bersama pasukan Jala Rananggana; Pujut Luntar pun menyusun strategi untuk menyerang dari belakang istana. Mereka menggunakan gelar perang Supit Urang yang dipilih apabila merasa benar-benar memiliki pasukan yang besar dan percaya diri. Supit Urang menyimpan keangkuhan karena gerakannya melebar; menutup semua celah sehingga tidak ada seorang pun di pihak lawan yang bisa meloloskan diri (halaman 88).
Namun; rencana busuk para Dharmaputra dan Pujut Luntar akhirnya diketahui oleh Gajah Mada; seorang prajurit berpangkat Bekel. Melalui pesan misterius seorang bertopeng yang datang di saat kabut tebal menyelimuti istana; Gajah Mada akhirnya mengetahui; akan ada pertumpahan darah di Majapahit saat fajar menyingsing. Mendengar berita itu; Gajah Mada tentu tidak tinggal diam. Dia lalu menemui Mahapatih Arya Tadah untuk mengatur strategi mengantisipasi serangan pemberontak.
Dari pertemuannya dengan Mahapatih Arya Tadah; akhirnya Gajah Mada harus segera menemui beberapa Temenggung untuk menyiapkan pasukan. Dari ketiga Temenggung yang ditemuinya; hanya pasukan di bawah pimpinan Temenggung Banyak Sora yang bisa diandalkan. Banyak Sora langsung menginstruksikan kepada bawahannya untuk menyusun strategi perang.
Sementara itu; pihak pemberontak kecolongan. Sesuatu yang selama ini tidak terpikirkan oleh Ra Kuti dan saudara-saudaranya terjadi. Mereka tidak mengetahui bahwa pasukan Bhayangkara di bawah pimpinan Gajah Mada dan Jalapati di bawah kendali Temenggung Banyak Sora telah menyiapkan strategi perang untuk melawan para pemberontak.
Bahkan; bende Kiai Samudra yang dicuri pemberontak yang akan ditabuh untuk membakar semangat prajurit berhasil diambil kembali oleh telik sandi Bhayangkara saat Ra Kuti dan kawan-kawannya menyusun strategi (halaman 65).
Ra Kuti dan Pujut Luntar panik sekaligus geram begitu mendapat laporan bahwa bende Kiai Samudra hilang. Mereka menduga; seandainya benar telik sandi pasukan Bhayangkara telah berhasil mengetahui rencana; besar kemungkinan istana sudah mempersiapkan penyambutan. Dengan demikian; pekerjaan yang mereka hadapi tidak mudah lagi. Jika rencana serangan bocor; sangat mungkin pasukan Jalapati yang jelas-jelas berpihak dan melindungi Bale Manguntur melakukan baris pendhem membentengi istana (halaman 87).
Tidak tersedia versi lain