Aku ingin menjadi harimu yang keseribu. Menunggumu kembali dari balik lembar waktu yang kuganti setiap hari, menggenapi masa-masa kehilanganmu, menguatkanmu seiring waktu bergulir. Kuharap, suatu hari kamu lelah dari perjalanan dan memutuskan untuk pulang kembali kepadaku. Saat itu tiba, akan kubisikkan padamu di beranda rumahku, “Mari kita bahagia lagi, sedihmu sudah ribuan hari.”