Buku ini diperlukan karena kaum Liberal memang menggunakan segala cara untuk memukau dan menyesatkan manusia. Buku ini menyajikan logika dan cara mudah dalam mematahkan logika-logika liberal yang terkadang menyilaukan banyak orang.
Novel ini merupakan gambaram seorang anak, berjuang untuk menyadarkan orangtuanya yang sedang dalam keadaan bengkok.
Buku ini merupakan buku yang unik, dimana sang penulis mencoba untuk meruntuhkan argumen liberal dengan cara yang lucu dan tentunya penuh pelajaran yang bisa diambil.
Kiai Kocak Ronde #3 Demam Kampanye Virus opini Pilpres kemarin ini benar-benar ampuh. Saking ampuhnya, orang-orang terkena serangan 'demam' kampanye. Pedagang kuli, karyawan, mahasiswa, relawan dan takrelawan, budayawan, gerombolan Sepilis, politisi, doses, semua ikut demam. Saat demam menyerang, omongan seorang dosen pun seperti bukan omongan orang berpendidikan. Kata tolol, dungu, pandir, bo…
Ehm..Kali ini Kiai Adung akan lebih sering berjibaku dengan "masalah" perempuan. Mengapa? Karena persoalan hidup. Tak ada hidup jika tidak ada perempuan. swit swiw..! Terlebih,aspek kehidupan. Mulai dari urusan "mempercantik diri" sampai urusan epoleksosbud dan agama pun melibatkan perempuan. Hanya saja sekali lagi, perempuan-perempuan yang dihadapi Kiai Adung kali ini adalah perempuan " Libera…
“Kisah yang dihadirkan dalam buku ini adalah fakta di sekitar kita. Masyarakat seakan memaklumi bahwa profesi guru madrasah harus dijalani dengan ikhlas, tanpa bayaran. Tugas mulia seorang guru belum diimbangi dengan kemuliaan kehidupan di masyarakat. Buku ini menyadarkan tentang hak dan kewajiban seorang guru. “ (DR. H. Ahmad Sofyan, MP.d, Direktur Madrasah Pembangunan UIN Jakarta)
Rahidiam Muhajir Yastriba, seorang anak kampung yang miskin. Meski begitu, kemiskinan tak menjadi penghalang bagi Rahadian untuk mewujudkan mimpi terbesarnya, menjadi tetamu Allah di Baitullah. Lewat perantara Pak Guru Mahfudz, guru agama di sekolahnya, Rahadian mengenal setiap jengkal Baitullah melengkapi gambaran dalam impiannya.